1. Penumpasan G 30 S/PKI
Sejak terpilihnya D.N.Aidit menjadi ketua PKI tahun 1951, ia dengan cepat membangun kembali PKI yang porak poranda akibat kegagalannya dalam pemberontakan tahun 1948. Usaha yang dilakukan D.N.Aidit berhasil dengan baik, sehingga dalam Pemiliihan Umum tahun 1955 PKI berhasil menempatkan dirinya menjadi salah satu dari empat partai di Indonesia.
a. Pembentukan Biro Khusus
Tampaknya PKI hendak berkuasa melalui parlemen terutaa [ada masa demokrasi terpimpin. Akan tetapi mereka juga mempersiapkan diri untuk melaksanakan tindakan dengan jalan kekerasan dalam upaya mencapai tujuan, yaitu berkuasa atas Negara Republik Indonesia. Untuk itu dibentuk Biro Khusus yang secara rahasia bertugas mempersiapkan kader-kader dalam tubuh ABRI. PKI juga berusaha mempegaruhi Presiden Soekarno untuk menyingkirkan dan melenyapkan lawan-lawan politiknya. Hal ini tampak dengan dibubarkannya Partai Masyumi dan PSI oleh Presiden, bahkan terakhir Partai Murba. Disamping itu, PKI berhasil memeah PNI menjadi dua. Upaya itu ditempuh oleh PKI dengan menyusupkan Ir. Surachman, seorang tokoh PKI ke dalam tubuh PNI.
b. Melancarkan Fitnah terhadap TNI AD
Setelah merasa cukup kuat, PKI membuat fitnah bahwa pimpinan Angkatan Darat (AD) membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno dan juga menyebutkan bahwa anggota Dewan Jenderal adalah agen Nekolim (Amerika Serikat/Inggris). Tersebar berita bahwa kesehatan Presiden Soekarno mulai menurun dan menurut diagnosa dari tim dokter RRC ada kemungkinan bahwa Presiden Soekarno akan lumpuh atau meninggal. Melihat kondisi tersebut D.N.Aidit mengambil suatu keputusan untuk memulai suatu geraka. Rencana gerakan diserahkan kepada Kamaruzaman (alias Syam) yang diangkat sebagai Ketua Biro Khusus PKI dan kemudian disetujui oleh D.N.Aidit. Biro Khusus ini menghubungi kader-kader mereka di kalangan anggota ABRI seperti Brigjen. Suparjo, Letnan Kolonel Untung dari Cakrabirawa, Kolonel Sunardi dari TNI AL, Marsekal Madya Omar Dani dari TNI AU dan Kolonel Anwas dari Kepolisian.
2. Pemberontakan G 30 S/PKI
Menjelang pelaksanaan pemberontakan itu, para pemimpin PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia. Tempat pertemuannya pun terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Melalui pertemuan-pertemuan itu akhirnya ditetapkan bahwa gerakan PKI secara fisik militer dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa-Pasukan Pengawal Presiden) dan bertindak sebagai pimpinan seluruh gerakan.
Sebagai pimpinan atas gerakan PKI itu, Letnan Kolonel Untung mengambil suatu keputusan dan memerintahkan kepada seluruh anggota gerakan PKI untuk siap dan mulai bergerak pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Pada dini hari itu mereka melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Paa perwira Angkatan Darat disiksa dan selanjutnya dibunuh. Mereka dibawa ke Lubang Buaya, yaitu sebuah tempat yang terletak disebelah selatan pangkalan udara utama Halim Perdana Kusuma dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua, lalu ditimbun dengan sampah dan tanah.
Ketujuh korban dari Angkatan Darat adalah sebagai berikut:
1. Letjen. Ahmad Yani (Menteri /Panglima AD atau Men/Pangad)
2. Mayjen. R. Soeprapto (Deputi II Pangad)
3. Mayjen. Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Pangad)
4. Mayjen. Suwondo Parman (Asisten I Pangad)
5. Brigjen. Donald Izacus Pandjaitan (Asisten IV Pangad)
6. Brigjen. Soetojo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman / Oditur)
7. Lettu. Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H.Nasution).
Dalam gerakan penculikan itu, Jenderal A.H.Nasution yang sebenarnya juga menjadi sasaran, berhasil menyelamatkan diri. Tetapi putrinya yang bernama Ade Irma Suryani menjadi korban kaum pemberontak. Ia gugur diterjang peluru pemberontakan PKI. Adjudan Beliau , Lettu.Pierre Andreas Tendean juga menjadi korban. Korban lainnya adalah pembantu Letnan Polisi Karel Sasuit Tubun. Ia gugur saat melakukan perlawanan terhadap gerombolan yang berusaha menculik Jenderal Nasition.
Pada waktu yang sama, PKI juga mencoba mengadakan perebutan kekuasaan di Yogyakarta, Solo, Wonogiri, dan Semarang. Kemudian, PKI mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi di Yogyakarta melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965. Dewan Revolusi di daerah Yogyakarta diketahiu oleh Mayor Muljono. Mereka telah menculik Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sigiono serta membunuhnya di Desa Kentungan yang terletak disebelah utara Kota Yogyakarta.
3. Penumpasan G 30 S/PKI
a. Langkah Awal
Operasi penumpasan terhadap G 30 S/PKI mulai dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Sebagai langkah awal, Mayjen. Soeharto mengadakan musyawarah di Markas Kostrad bersama stafnya. Dalam musyawarah tersebut dibahas upaya-upaya untuk menumpas G 30 S/PKI.
b. Merebut Sarana Telekomunikasi
Mulai dilaksanakan pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965. Pada pukul 19.15 WIB, Pasukan RPKAD dibawah pimpinan Sarwo Edhi Wibowo telah berhasil merebut kembali gedung RRI Pusat dan gedung Telekomunikasi yang sebelumnya dikuasai kaum pemberontak. Setelah RRI dan kantor pusat Telekomunikasi dikuasai kembali, Mayjen.Soeharto selaku pimpinan sementara AD memberitahu kepada seluruh rakyat pada tanggal 1 Oktober 1965 telah terjadi peristiwa penculikan terhadap beberapa pewira tinggi AD yang dilakukan oleh golongan kontra revolusi yang menamakan dirinya Gerakan 30 September. Mereka telah mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden, tetapi Presiden dan Menko Hankam dalam keadaan selamat dan aman serta sehat. Kepada rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada.
c. Membebaskan Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma
Setelah diketahui bahwa basis utama PKI berada di sekitar lapangan udara Halim Perdana Kusuma, maka langkah berikutnya adalah membebaskan Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. Presiden Soekarno yang berda di Pangkalan Kusuma terlebih dahulu diminta meninggalkan daerah tersebut untuk menghindari kemungkinan terjadinya bentrokan senjata. Setelah Presiden Soekarno meninggalkan Pangkaln Udara Halim Perdana Kusuma da menuju Istana Bogor, pasukan RPKAD Batalyon 238 Kujang/Siliwangi dan Batalyon 1 Kavaleri kemudian bergerak menuju sasaran. Pengepungan terus dilakukan terhadap pasukan G 30 S/PKI hingga sore hari tanggal 2 Oktober 1965, Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma berhasil dikuasai oleh pasukan RPKAD. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 1965 diadakan operasi untuk mengamankan dan membersihkan daerah Lubang Buaya yang merupakan pusat kegiatan G30 S/PKI.
No comments:
Post a Comment